BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padi
(Oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia.
Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di
Indonesia. Mulanya kegiatan ini banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun, saat
ini hampir seluruh daerah di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kegiatan
menanam padi di sawah.
Indonesia
adalah negara agraris dengan pertanian sebagai salah satu sektor utama dalam
pembangunan bangsa. Hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat
pada sektor pertanian. Bahkan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani.
Sehingga, hal ini menjadikan sektor pertanian sebagai sektor penting dalam roda
struktural perekonomian Indonesia.
Negara
Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang
melimpah. Hal ini terbukti dengan keadaan tanah Indonesia yang sangat subur.
Negara Indonesia memiliki peran penting sebagai produsen bahan pangan di mata
dunia. Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga dunia setelah China dan
India. Kontribusi Indonesia terhadap produksi beras dunia sebesar 8,5%. Berdasarkan
data dari badan pusat statistik menyatakan bahwa produksi tanaman pangan
khususnya padi menghasilkan 71.291.494 ton.
Budidaya
Tanaman Padi Sawah bisa menjadi salah satu alternatif dalam menciptakan
Indonesia yang makmur dan sejahtera. Tak hanya itu, dengan membudidayakan padi,
maka kita turut berjuang dalam mewujudkan swasembada pangan yang dulu pernah
dialami bangsa Indonesia. Jikalau Indonesia menerapkan teknologi pertanian
dalam mengelola lahan pertaniannya, maka produktifitas pertanian dalam negeri
akan melonjak pesat dan dapat meningkatkan ketahanan serta kemandirian pangan
yang selama ini menjadi cita-cita bangsa Indonesia.
Tambunan
dan Sembiring (2007) menyatakan bahwa pembangunan pertanian dewasa ini tidak
lagi dapat dilepaskan dari perkembangan teknologi alat dan mesin pertanian.
Penerapan teknologi tersebut dapat berupa teknologi mekanisasi budidaya padi
dengan menggunakan alat penanam padi (rice transplanter). Penggunaan rice
transplanter di Indonesia merupakan prospek yang baik karena saat ini Indonesia
sedang dihadapkan pada permasalahan terbatasnya jumlah tenaga kerja penanam
padi yang berpengaruh langsung terhadap produksi padi.
Hal
yang membuat teknologi dalam pertanian begitu penting adalah karena mayoritas
petani Indonesia saat ini adalah mereka yang sudah berada di usia yang
dikatakan tidak produktif lagi. Mereka rata-rata sudah berusia antara 45-60
tahun. Maka dengan adanya teknologi yang membantu mereka diharapkan
produktivitas pertanian di Indonesia akan semakin tinggi peningkatannya dari
tahun ke tahun serta para petani yang umumnya berusia lanjut tersebut dapat
bekerja dengan lebih mudah dalam mengelola sawahnya (Grehenson, 2012).
Kabupaten
Kulon Progo merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menghasilkan padi. Sebagai
daerah agraris, mayoritas penduduknya masih berusaha pada sektor pertanian. Produktivitas
tanaman padi di Kulonprogo pada tahun 2015, rata-rata produksinya 7,3 ton per
hektare gabah kering giling (GKG). Luasan lahan yang ditanami padi seluas 19
ribu hektare yang tersebar di 12 kecamatan. Luas lahan sawah di Kabupaten Kulon
Progo yang irigasinya dari Bendungan Sermo seluas 3.354 hektar meliputi
kecamatan Sentolo,Wates, .Panjatan, Pengasih dan Kokap. Luas lahan kering
adalah 47,794 hektar, dimana 19.273 hektar (40,32 %) merupakan lahan
pekarangan/lahan untuk bangunan dan 15.219 (32,22%) merupakan lahan
tegal/kebun.
Desa
Srikayangan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Sentolo, Kabupaten
Kulon Progo. Desa Srikayangan mempunyai potensi ekeonomi yang tinggi dengan
sumber daya yang dihasilkan termasuk produksi dari tanaman padi Fakta di
lapangan menjelaskan bahwa sebagian petani padi masih melakukan pertanian
dengan sistem tradisional sehingga efisiensi waktu dan biaya pun tidak ada. Sementara
itu dari keadaan masyarakatnya tidak sedikit masyarakat di desa Srikayangan
berada dalam taraf ekonomi lemah. Untuk itu diperukan program pemberdayaan yang
tepat bagi masyarakat desa yang berekonomi lemah untuk menunjang perekonomian
mereka.
B. Rumusan Masalah
1
Bagaimana strategi efektif dalam
pemberdayaan efisiensi waktu dan biaya dalam proses penanaman padi di Desa
Srikayangan?
2
Bagaimana dampak penggunaan mesin tanam
padi terhadap peningkatan efisiensi waktu dan biaya di Desa Srikayangan?
C. Tujuan
Berdasarkan
pada rumusan permasalahan yang dipaparkan diatas, maka tujuan dari pemberdayaan
ini adalah:
1. Terlaksananya
penerapan teknologi dalam pemberdayaan efisiensi waktu dan biaya proses
penanaman padi di Desa Srikayangan?
2. Meningkatkan
efisiensi waktu dan biaya proses penanaman padi di Desa Srikayangan.
D. Manfaat
1. Memberikan
manfaat bagi masyarakat Desa Srikayangan berupa ilmu pengetahuan serta
keterampilan dalam upaya mencapai efisiensi proses penanaman padi sebagai upaya
meningkatkan produktifitas tanaman padi.
2. Tergalinya
kemampuan masyarakat melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penggunaan
Teknologi Mesin Tanam Padi Untuk Efisiensi Biaya Dan Waktu.
3. Meningkatkan
produktifitas tanaman padi di Desa Srikayangan.
4. Diharapkan
masyarakat Dusun Srikayangan mampu mengelola sawah dengan baik sehingga
produksi padi dapat berjalan dengan baik dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat
BAB II
ISI
A. Topografi wilayah Desa Srikayangan,
Kecamatan Sentolo, Kab. Kulonprogo
Topografi
merupakan gambaran kenampakan muka bumi atau sebagian permukaan bumi. (Yudha,
2012: 41) Faktor yang penting dalam
mengetahui topografi suatu daerah adalah relief. Relief menggambarkan tinggi
rendahnya permukaan bumi dengan permukaan air laut.
Kabupaten
Kulon Progo merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota di Propinsi D.I.
Yogyakarta yang terletak paling barat, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Barat : Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah
Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul, Propinsi D.I.
Yogyakarta
Utara : Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah
Selatan
: Samudera Hindia
Batas
topografi :
Barat : 110 derajat Bujur Timur 1' 37"
Timur : 110 derajat Bujur Timur 16' 26"
Utara : 7 derajat Lintang Selatan 38' 42"
Selatan
: 7 derajad Lintang Selatan 59' 3"
Kabupaten
Kulon Progo memiliki topografi yang bervariasi dengan ketinggian antara 0 -
1000 meter di atas permukaan air laut, yang terbagi menjadi 3 wilayah meliputi
:
1. Bagian
Utara, Merupakan dataran tinggi /perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara
500 1000 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap,
Kalibawang dan Samigaluh. Wilayah ini penggunaan tanah diperuntukkan sebagai
kawasan budidaya konservasi dan merupakan kawasan rawan bencana tanah longsor.
2. Bagian
Tengah, Merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 500 meter di
atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Nanggulan, Sentolo, Pengasih, dan
sebagian Lendah, wilayah dengan lereng antara 2 15%, tergolong berombak dan
bergelombang merupakan peralihan dataran rendah dan perbukitan.
3. Bagian
Selatan, Merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 100 meter di atas
permukaan air laut, meliputi Kecamatan Sentolo, Wates, Panjatan, Galur, dan
sebagian Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0 2%, merupakan
wilayah pantai sepanjang 24,9 km, apabila musim penghujan merupakan kawasan
rawan bencana banjir.
Selama
tahun 2011 di Kabupaten Kulon Progo, rata-rata curah hujan per bulan adalah 161
mm dan hari hujan 10 hh per bulan. Keadaan rata-rata curah hujan hujan yang
tertinggi terjadi pada bulan Februari 2011 sebesar 343 mm dengan jumlah hari
hujan 18 hh se bulan. Kecamatan yang mempunyai rata-rata curah hujan per bulan
tertinggi pada tahun 2011 berada di Kecamatan Kokap sebesar 214 mm dengan
jumlah hari hujan 14 hh per bulan. Sumber air baku di Kabupaten Kulon Progo
meliputi 7 (tujuh) buah mata air, Waduk Sermo, dan Sungai Progo. Mata air yang
sudah dikelola PDAM meliputi mata air Clereng, Mudal, Grembul, Gua Upas, dan
Sungai Progo. Di Kecamatan Kokap, mata air dikelola secara swakelola oleh pihak
Kecamatan dan Desa, yang kemudian disalurkan secara gravitasi dengan sistem
perpipaan.
Kabupaten
Kulon Progo yang terletak antara Bukit Menoreh dan Samudera Hindia dilalui
Sungai Progo di sebelah timur dan Sungai Bogowonto dan Sungai Glagah di Bagian
barat dan tengah. Keberadaan sungai dengan air yang mengalir sepanjang tahun di
wilayah Kabupaten Kulon Progo tersebut membantu dalam menjaga kondisi permukaan
air tanah. Keberadaan Waduk Sermo di Kecamatan Kokap didukung dengan keberadaan
jaringan irigasi yang menyebar hampir di seluruh wilayah kecamatan, menunjukkan
keseriusan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk meningkatkan produksi
pertanian dan perikanan di wilayah Kabupaten Kulon Progo
Salah
satu kecamatan dari Kabupaten Kulon Progo adalah kecamatan Sentolo. Batas
Wilayah Kecamatan Sentolo adalah
Utara
Kecamatan : Kec. Nanggulan
Timur
Kecamatan : Sungai Progo
Selatan
Kecamatan : Kec. Lendah
Barat
Kecamatan : Kec. Pengasih
Kecamatan
Sentolo termasuk wilayah bagian tengah dari Kabupaten Kulon Progo dimana
wilayah ini Merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 500 meter
di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Nanggulan, Sentolo, Pengasih,
dan sebagian Lendah, wilayah dengan lereng antara 2 15%, tergolong.
Penduduk
Desa Srikayangan bermata pencaharian sebagai petani, dengan membudidayakan
berbagai komoditas, diantaranya padi, bawang merah, sayur-sayuran da beberapa
tanaman buah-buahan di perkarangan. Di sekian banyak komoditas yang di
budidayakan, bawang merah adalah komoditas unggulan ada di Desa Srikayangan.
Beberapa dari masyarakat juga merupakan peternak ayam petelur. Adapun luas
lahan sawah 200 ha, lahan perkarangan
467,944 ha dan 2,6880 ha. Jumlah penduduk yang ada di Desa Srikayangan dapat
dikatakan sedikit atau kurang lebih 35%, hal tersebut dapat dilihat dari
perbandingan luas desa dengan jumlah penduduk yaitu sebanyak 2.673 jiwa.
Luas
wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah 58.627,54 hektar, secara administratif
terbagi menjadi 12 kecamatan yang meliputi 88 desa dan 930 dusun. Penggunaan
tanah di Kabupaten Kulon Progo, meliputi sawah 10.732,04 Ha (18,30%); tegalan
7.145,42 Ha (12,19%); kebun campur 31.131,81 Ha (53,20%); perkampungan seluas
3.337,73 Ha (5,69%); hutan 1.025 Ha (1,75%); perkebunan rakyat 486 Ha (0,80%);
tanah tandus 1.225 Ha (2,09%); waduk 197 Ha (0,34%); tambak 50 Ha (0,09%); dan
tanah lain-lain seluas 3.315 Ha (5,65%).
Desa
Srikayangan berada di Keceamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Secara geografis terletak pada koordinat 07⁰ 53’ 34” LS 110⁰ 13’ 54” BT.
B . Penjelasan Program
Meningkatkan
kesejahteraan ekonomi merupakan kegiatan dalam pemberdayaan di masyarakat.
Mesin tanam padi adalah suatu teknologi yang diaplikasikan pada bidang
pertanian untuk memudahkan petani dalam beraktivitas. Rice Transplanter sendiri
merupakan alat tanam padi dengan cara mendorong seperti hand tractor. Alat
tersebut memudahkan petani menanam padi karena dapat menghemat waktu,
mempercepat proses penanaman bibit padi serta menyiasati kurangnya tenaga kerja
dalam proses penanaman padi.
Kelangkaan
tenaga kerja di sektor pertanian mulai terjadi di beberapa daerah sentra
produksi padi di Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama pada daerah pertanian
yang berdekatan dengan kota besar yang mengalami tranformasi menjadi daerah
industri. Dengan berkembangnya sektor industri menyebabkan tenaga kerja muda di
perdesaan lebih memilih bekerja di sektor industri dibandingkan dengan bekerja
di sektor pertanian.
Perubahan
atau alih profesi tenaga kerja di perdesaan menyebabkan berkurangnya tenaga
kerja sektor pertanian sehingga menimbulkan kelangkaan tenaga kerja. Kelangkaan
tenaga kerja pada usahatani padi lebih dirasakan oleh petani pada saat tanam
bibit dan panen karena kedua kegiatan tersebut lebih mengandalkan tenaga kerja
dari luar keluarga. Walaupun masih ada tenaga kerja luar keluarga namun
jumlahnya relatif sedikit dan didominasi oleh tenaga kerja yang telah berumur
lebih dari 40 tahun.
Permasalahan
tentang kelangkaan tenaga kerja tanam padi mulai terjadi di beberapa sentra
produksi padi. Meskipun seluruh areal lahan sawah dapat ditanami namun tidak
tepat waktu. Hal tersebut disebabkan karena telah mulai terjadi keterbatasan
tenaga kerja tanam. Keadaan demikian tentunya sangat memprihatinkan bagi
pemerintah dalam peningkatan ketahanan pangan. Dengan adanya kelangkaan tenaga
kerja khususnya penanaman padi menyebabkan jadwal tanam sering mundur dan tidak
serempak sehingga berpengaruh terhadap indeks pertanaman padi, ganguan OPT yang
akhirnya berpengaruh terhadap produksi padi.
Peningkatkan
efisiensi waktu dan biaya dalam proses penanaman padi warga Dusun Srikayangan
dapat tercapai melalui penggunaan mesin penanam padi atau rice transplanter.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui peningkatan efisiensi waktu dan biaya
penanaman padi memiliki prospek ke depan yang bagus sehingga mampu
mensejahterakan kehidupan masyarakat.
Sejak
beberapa tahun terakhir ini telah diperkenalkan dan dikembangkan mesin tanam
pindah bibit padi (rice transplanter). Rice transplanter adalah mesin penanam
padi yang dipergunakan untuk menanam bibit padi yang telah disemaikan pada
areal khusus (menggunakan tray/dapog) dengan umur atau ketinggian tertentu,
pada areal tanah sawah kondisi siap tanam, dan mesin dirancang untuk bekerja
pada lahan berlumpur (puddle) dengan kedalaman kurang dari 40 cm. Oleh karena
itu mesin ini dirancang ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung (Taufik,
2010).
Rice
transplanter adalah inovasi teknologi mesin tanam pindah bibit pada tanaman
padi. Mesin Rice Transplantar berpeluang dapat mempercepat waktu tanam bibit
padi dan mengatasi kelangkaan tenaga kerja tanam bibit padi pada daerah-daerah
tertentu. Dalam budidaya padi, salah satu kegiatan yang banyak menyerap tenaga
kerja adalah kegiatan tanam bibit padi (tanam bibit pindah). Kegiatan tersebut
memerlukan tenaga kerja sekitar 25% dari seluruh kebutuhan tenaga kerja
budidaya padi.
Inovasi
teknologi rice transplanter berpeluang dapat mempercepat waktu tanam bibit padi
dan mengatasi kelangkaan tenaga kerja tanam bibit padi pada daerah-daerah
tertentu. Teknologi rice transplanter merupakan inovasi
teknologi yang dipergunakan untuk menanam bibit padi yang telah disemaikan pada
areal khusus dengan umur tertentu, pada areal tanah sawah kondisi siap tanam,
mesin dirancang untuk bekerja pada lahan berlumpur (puddle). Oleh karena itu
mesin ini dirancang ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung.
Persyaratan
utama penggunaan rice transplanter meliputi:
1. Bibit
: tinggi bibit padi 12-17 cm, umur bibit 15-20 hari, kerapatan merata 2 s/d 3
bibit/cm2, merata dan datar seragam, ketebalan tanah 20-25 mm, dan
2. Lahan/sawah:
datar, terolah sempurna, level ketinggian di satu petak kurang 40 cm,
ketinggian genangan 1 – 3 cm. Untuk tanah lempungan perlu pengendapan sekitara
1 – 2 hari sedangkan tanah pasiran tidak diperlukan pengedapan.
Beberapa
keunggulan rice transplanter diantaranya:
1. Produktivitas
tanam cukup tinggi 5 – 6 jam/ha atau 1 ha per hari,
2. Jarak
tanam dalam barisan dapat diatur dengan ukuran 12, 14,16, 18, 21 cm,
3. Penanaman
yang presisi (akurat),
4. Tingkat
kedalaman tanam dapat diatur dari 0,7 cm hingga 3,7 cm (5 level kedalaman),
5. Jumlah
tanaman dalam satu lubang berkisar 2 – 4 tanaman per lubang dan
6. Jarak
dan kedalaman tanam seragam sehingga pertumbuhan dapat optimal dan seragam.
Disamping
mempunyai keunggulan, ada beberapa kelemahan rice transplanter diantaranya:
1. Jarak
antar barisan (gawangan 30 cm) tidak dapat diubah,
2. Tidak
bisa dioperasionalkan pada kedalaman sawah lebih dari 40 cm,
3. Untuk
membawa mesin ke sawah, diperlukan alat angkut,
4. Perlu
bibit dengan persyaratan khusus dan
5. Harga
masih relatif mahal.
Efisiensi
waktu kerja pada usahatani dengan menggunakan mesin tanam bibit padi (transplanter)
dan cara manual, yaitu dengan menghitung curahan waktu kerja pada kedua sistem
usahatani tersebut. Curahan waktu kerja adalah jumlah waktu yang digunakan oleh
seorang petani untuk melakukan aktivitas kegiatan di sawah. Penggunaan tenaga
kerja pada sistem usahatani padi sawah melibatkan tenaga kerja pria dan wanita
baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Curahan waktu tenaga kerja
selama proses produksi diawali dari kegiatan persiapan persemaian hingga proses
pasca panen (perontokan gabah). Pada tahap pekerjaan tertentu peran tenaga kerja
luar keluarga dibutuhkan karena ketidakcukupan waktu yang dimiliki oleh tenaga
kerja dalam keluarga, yaitu pada kegiatan cabut bibit, tanam dan panen.

Gambar 2.1.1 Mesin Tanam Padi
Selain
lebih efisien, penggunaan mesin ini juga mempercepat pertumbuhan bibit padi
karena tidak mengalami stress. Pada penanaman konvensional padi yang dicabut
akan stress dan untuk pulih memerlukan waktu seminggu. Bibit yang dicabut
akar-akarnya akan tertinggal di lahan persemaian kira-kira bisa mencapai 40
persennya. Jadi ada 40 persen bibit yang hilang. Hal ini tentu akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Sementara dengan mesin tanam bibit padi disemai
di wadah nampan atau kotak tanam dengan ketinggian 2 cm dan bisa ditanam pada
hari kesepuluh tanpa harus mencabut akar tanaman. Para petani juga sudah
membuktikan menggunakan mesin ini juga dapat memperpendek masa budidaya padi.
Perbedaan
tanam bibit padi antara cara manual dan dengan mesin transplanter yaitu
terletak pada pembibitan benih padi. Pembibitan benih padi cara manual dengan
menghamburkan benih padi di areal persemaian, namun pembibitan dengan mesin
transplanter dengan mengecambahkan benih padi di dapog. Dapog merupakan tempat
persemaian benih padi dari plastik atau bahan lainnya dengan ukuran 60 x 30 x 3
cm sesuai dengan konstruksi mesin tanam. Pembibitan benih padi di dapog dapat
dilakukan di lahan sawah atau di lahan kering (halaman rumah) dengan menyiram
setiap hari selama 15 – 17 hari. Selanjutnya bibit dilepaskan dari dapog,
kemudian digulung dan ditempatkan pada tempat bibit di mesin transplanter.
Selanjutnya dilakukan penanaman dengan mesin transplanter yang dioperasionalkan
oleh tiga orang.
Dalam
praktiknya keberhasilan penggunaan rice transplanter harus didukung dengan
penyiapan bibit padi yang baik. Dalam hal ini ada dua sistem pengadaan bibit,
yaitu sistem basah (di lahan) dan sistem kering (dalam kotak). Untuk itu harus
disiapkan benih yang baik, ditandai dengan daya tumbuh yang tinggi dan benih
yang tumbuh merata, serta ukuran persemaian yang disesuaikan dengan ukuran meja
bibit pada rice transplanter, yaitu 28 x 58 cm. Harus diperhatikan juga
kerapatan dan keseragaman bibit sehingga pada proses penanaman semua bibit bisa
tertanam dengan baik.

Gambar 2.1.2 Pengoprasian mesin tanam padi
C. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Dalam
pemberdayaan ini strategi yang digunakan adalah pendekatan partisipatif yang
diikuti praktek langsung dari masyarakat dan kelompok tani sehingga akan lebih
efektif dan dapat diterima masyarakat dengan jadwal yang ditentukan bersama
dengan masyarakat agar tidak mengganggu kegiatan masyarakat lain dan dapat
berubah sewaktu-waktu
Kegiatan pemberdayaan akan dilaksanakan
secara bertahap selama 1 bulan dari bulan mei sampai dengan bulan juli yang
berlokasi di Desa Srikayangan, Kec.Sentolo, Kab.Kulonprogo. Kegiatan akan
dilakukan dengan kerjasama dengan Lembaga terkait yaitu Dinas Koperasi Usaha
Mikro Kecil Menengah, dan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta, dengan sasaran pemberdayaan adalah Masyarakat Desa Srikayangan
khususnya Ibu-ibu Kelompok Wanita Tani dan Pemuda Karang Taruna.
Jadwal Kegiatan dilakukan sebagai
berikut :
No
|
Kegiatan
|
Tujuan
|
Waktu Dan Tempat
|
Narasumber
|
Sarana
|
1.
|
Pengenalan Materi pelatihan penggunaan mesin tanam
padi
|
Memberikan pemahaman tentang mesin tanam padi
|
Balai desa Srikayangan Kec. sentolo. waktu : 1 Mei 2016 pukul
10.00- selesesai
|
Tim Penyuluh Dinas pertanian
|
Perlengkapan Kantor : alat tulis
dan LCD
|
2.
|
Pelatihan Pembuatan benih padi untuk mesin tanam padi
|
Memberikan pengetahuan tentang membuat benih padi yang sesuai
untuk mesin tanam
|
Lokasi Pelatihan lapangan Desa Srikayangan.
Waktu : 8 Mei 2016 Pukul 08.00 – 13.00
|
Tim Perguruan Tinggi UPN
“V” Yogyakarta
|
Perlengkapan Produksi Kerjinan dan
Konsumsi
|
3.
|
Pelatihan Pengolahan lahan yang sesuai untuk
mesin tanam padi
|
Memberikan pengetahuan tentang lahan yang dapat digunakan untuk
mesin tanam padi
|
Lokasi Pelatihan sawah petani desa Srikayangan, Waktu :
15 Mei 2016 Pukul) 08.00 – 13.00
|
Tim Dinas Pertanian, PPL, Tim
Perguran tinggi Upn “V” Yogyakarta
|
Traktor,
perlengkapan pendukung
|
4
|
Pelatihan pengoperasian mesin tanam padi
|
Memberikan Pengetahuan mengenai pengoperasian mesin tanam
padi
|
Lokasi Pelatihan sawah petani desa Srikayangan, Waktu :
22 Mei 2016, Pukul 08.00-selesai
|
Tim Dinas Pertanian, PPL, Tim
Perguran tinggi Upn “V” Yogyakarta
|
Mesin
Tanam Padi
|
5.
|
Pelatihan Perawatn mesin tanam
padi
|
Memberikan keterampilan dan
pengetahuan bagai mana merawat
mesin tanam padi
|
Balai Desa Srikayangan, Kec. Sentolo, Waktu : 29 mei 2016 Pukul 09.00 - Selesai
|
Tim Perguruan Tinggi UPN “V”
Yogyakarta
|
Perlengkapan Kantor & LCD, Mesin Tanam Padi
|
6
|
Monitoring dan evaluasi
|
Mengawasi kegiatan agar berjalan
lancar dan sesuai harapan
|
Menyesuaikan, Pada awal- akhir
Program
|
Tm Perguran tinggi dan dinas
|
Transportasi dan peralatan
dokumentasi
|
Tabel 2.3.1. Jadwal Kegiatan Program
Pemberdayaan, Nb : waktu dapat berubah sewaktu-waktu
Monitoring
dilakukan pada saat kegiatan berlangsung yang dilakukan pengelola dan
pendamping. Kegiatan monitoring diperlukan untuk mengawasi kegiatan agar dapat
berjalan dengan lancar dan agar memenuhi sesuai harapan.
Evaluasi
dilakukan selambat-lambatnya 7 hari setelah kegiatan penyuluhan selesai
dilakukan oleh pengelola, aparat dusun dan pendamping. Kegiatan evaluasi
diperlukan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan
agar dapat dijadikan pembelajaran untuk kegiatan
selanjutnya agar dapat berjalan lebih baik.
Jadwal kegiatan monitoring adalah
sebagai berikut :
No
|
Kegiatan
|
Ketercpaian dengan Tujuan
|
Waktu Dan Tempat (berubah/sesuai)
|
Narasumber
|
Sarana
|
1.
|
Pengenalan Materi pelatihan penggunaan mesin tanam
padi
|
|
|
|
|
2.
|
Pelatihan Pembuatan benih padi untuk mesin tanam padi
|
|
|
|
|
3.
|
Pelatihan Pengolahan lahan yang sesuai untuk
mesin tanam padi
|
|
|
|
|
4
|
Pelatihan pengoperasian mesin tanam padi
|
|
|
|
|
5.
|
Pelatihan Perawatn mesin tanam
padi
|
|
|
|
|
7
|
Monitoring dan evaluasi
|
|
|
|
|
Tabel
2.3.2. Monitoring dan evaluasi
D. Analisis Usaha dan Biaya
A. Anggaran Dana
Untuk terlaksananya kegiatan / program tersebut kami
membutuhkan anggaran dana bantuan dari pemerintah sebesar Rp 30.000.000,- ( Tiga puluh juta rupiah ) dengan rincian dana sebagai
berikut :
No
|
Uraian
|
Satuan
|
Jumlah
(Rp)
|
A.
Peralatan
|
|
|
|
1
|
Sewa Mesin Tanam Padi
|
1
|
200.000
|
2
|
Bibit
padi dalam Dapog
ukuran 60 x 30
x 3 cm
|
22 x 4500
|
99.000
|
3
|
Sewa Mesin Traktor
|
1
|
100.000
|
4
|
Sewa Lahan
|
1
kesuk
|
150.000
|
Jumlah
|
|
549.000
|
|
B. Massa
Penyuluhan dan pelatihan
|
|
|
|
1
|
Akomodasi
Tenaga Ahli
|
10 Orang
|
3.000.000
|
2
|
Transportasi
|
7 x 1
bulan
|
350.000
|
3
|
Keperluan
Peralatan Pemberdayaan Alat Tulis
Sewa LCD
Konsumsi
tenaga ahli dan peserta
|
20 paket x
tenaga ahli & peserta
1 x 7hari
20 x 7
hari
|
200.000
700.000
2.100.000
|
Jumlah
|
|
6.350.000
|
|
C.Lain-lain
|
|
|
|
1
|
Biaya
Pengadaan Bahan (sumbangan masyarakat)
|
-
|
5.000.000
|
2.
|
Biaya tak
Terduga
|
-
|
1.500.000
|
Jumlah
|
|
6.500.000
|
Tabel
2.4.1 Anggaran dana
B. Analisis Usaha untuk sekali produksi
1. Lahan 1Ha
NO
|
Asumsi
Permodalan
|
Estimasi
Biaya
|
||
1
|
Bibit padi dalam dapog
|
220 x 4500 = 990.000
|
||
2
|
Penyusutan
10tahun
|
Modal Utama Peralatan
30.000.000 Total:Rp3.000.000/tahun
Per musim= 1.000.000
|
||
3
|
Biaya
Operasional
Tenaga kerja
Biaya tanam
|
3 x
750.000 = 2.250.000
500.000
Total : 2.750.000
|
||
4
|
Biaya
Transportasi
|
25.000
|
||
Total
Biaya
|
4.765.000
|
Tabel
2.4.2 Analisis Usaha
Perkiraan
Omset dalam sekali tanam
Produk
Yang dihasilkan : 10 ton, harga 5500/kg
10.000
x 5500 = 55.000.000
Keuntungan
TR-TC = 55.000.000 – 4.765.000 = Rp.50.235.000,-
dalam sekali tanam dalam 1 hektare
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rice transplanter
adalah inovasi teknologi mesin tanam pindah bibit pada tanaman padi. Mesin Rice
Transplantar berpeluang dapat mempercepat waktu tanam bibit padi dan mengatasi
kelangkaan tenaga kerja tanam bibit padi pada daerah-daerah tertentu. Dalam
budidaya padi, salah satu kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja adalah
kegiatan tanam bibit padi. Mengingat ketersediaan tenaga kerja dalam penanaman
padi semakin langka, menyebabkan berbagai masalah bermunculan karena kurang
tepatnya waktu penanaman padi. Masyarakat
Srikayangan umumnya masih bertani secara Tradisional sehingga proses penanaman
pun berlangsung lama dan biaya operasionalnya pun tinggi. Untuk itu penerapan
mesin penanaman padi sangat membantu dalam kegiatan penanaman padi yang
berdampak pada efisiensi waktu dan biaya penanaman padi.
B. Saran
Sebaiknya
masyarakat petani padi di desa Srikayangan, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon
Progo, DIY mulai mengaplikasikan teknologi pertanian dalam pelaksanaan kegiatan
tanam padi. Dengan hadirnya teknologi dalam bertani, akan sangat memudahkan
para petani dalam menanam padi. Kualitas dari tanaman padi yang ditanam pun
lebih baik. Sehingga diharapkan agar masyarakat desa Srikayangan segera untuk
mengaplikasikan teknologi dalam kegiatan pertanian mereka, khususnya penanaman
padi.
Daftar Pustaka
Anonim.2014.http://tabloidsahabatpetani.com/menanam-padi-dengan-rice-transplanter/.
Diunduh
pada tanggal 24 maret 2016 pada pukul 09.00 WIB.
Anonim.2015.http://www.dokterbisnis.net/2015/11/01/ini-dia-penjelasan-lengkap-tentang-mesin-penanam-padi-otomatis/.
Diunduh pada tanggal 25 maret 2016 pukul 13.40 WIB
Anonim.2016.http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/9591/rice-transplanter-dapat-mempercepat-waktu-tanam-bibit-padi.
Diunduh pada tanggal 25 maret 2016 pukul 13.00 WIB
Salman.2014.http://salmanefendy.blogspot.co.id/2014/05/makalah-tanaman-padi-sawah.html.
Diunduh pada tanggal 24 maret 2016 pada pukul 09.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar