Minggu, 03 April 2016

contoh proposal pengembangan masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Padi (Oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Mulanya kegiatan ini banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun, saat ini hampir seluruh daerah di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kegiatan menanam padi di sawah.
Indonesia adalah negara agraris dengan pertanian sebagai salah satu sektor utama dalam pembangunan bangsa. Hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada sektor pertanian. Bahkan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Sehingga, hal ini menjadikan sektor pertanian sebagai sektor penting dalam roda struktural perekonomian Indonesia.
Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Hal ini terbukti dengan keadaan tanah Indonesia yang sangat subur. Negara Indonesia memiliki peran penting sebagai produsen bahan pangan di mata dunia. Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga dunia setelah China dan India. Kontribusi Indonesia terhadap produksi beras dunia sebesar 8,5%. Berdasarkan data dari badan pusat statistik menyatakan bahwa produksi tanaman pangan khususnya padi menghasilkan 71.291.494 ton.
Budidaya Tanaman Padi Sawah bisa menjadi salah satu alternatif dalam menciptakan Indonesia yang makmur dan sejahtera. Tak hanya itu, dengan membudidayakan padi, maka kita turut berjuang dalam mewujudkan swasembada pangan yang dulu pernah dialami bangsa Indonesia. Jikalau Indonesia menerapkan teknologi pertanian dalam mengelola lahan pertaniannya, maka produktifitas pertanian dalam negeri akan melonjak pesat dan dapat meningkatkan ketahanan serta kemandirian pangan yang selama ini menjadi cita-cita bangsa Indonesia.
Tambunan dan Sembiring (2007) menyatakan bahwa pembangunan pertanian dewasa ini tidak lagi dapat dilepaskan dari perkembangan teknologi alat dan mesin pertanian. Penerapan teknologi tersebut dapat berupa teknologi mekanisasi budidaya padi dengan menggunakan alat penanam padi (rice transplanter). Penggunaan rice transplanter di Indonesia merupakan prospek yang baik karena saat ini Indonesia sedang dihadapkan pada permasalahan terbatasnya jumlah tenaga kerja penanam padi yang berpengaruh langsung terhadap produksi padi.
Hal yang membuat teknologi dalam pertanian begitu penting adalah karena mayoritas petani Indonesia saat ini adalah mereka yang sudah berada di usia yang dikatakan tidak produktif lagi. Mereka rata-rata sudah berusia antara 45-60 tahun. Maka dengan adanya teknologi yang membantu mereka diharapkan produktivitas pertanian di Indonesia akan semakin tinggi peningkatannya dari tahun ke tahun serta para petani yang umumnya berusia lanjut tersebut dapat bekerja dengan lebih mudah dalam mengelola sawahnya (Grehenson, 2012).
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menghasilkan padi. Sebagai daerah agraris, mayoritas penduduknya masih berusaha pada sektor pertanian. Produktivitas tanaman padi di Kulonprogo pada tahun 2015, rata-rata produksinya 7,3 ton per hektare gabah kering giling (GKG). Luasan lahan yang ditanami padi seluas 19 ribu hektare yang tersebar di 12 kecamatan. Luas lahan sawah di Kabupaten Kulon Progo yang irigasinya dari Bendungan Sermo seluas 3.354 hektar meliputi kecamatan Sentolo,Wates, .Panjatan, Pengasih dan Kokap. Luas lahan kering adalah 47,794 hektar, dimana 19.273 hektar (40,32 %) merupakan lahan pekarangan/lahan untuk bangunan dan 15.219 (32,22%) merupakan lahan tegal/kebun.
Desa Srikayangan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Desa Srikayangan mempunyai potensi ekeonomi yang tinggi dengan sumber daya yang dihasilkan termasuk produksi dari tanaman padi Fakta di lapangan menjelaskan bahwa sebagian petani padi masih melakukan pertanian dengan sistem tradisional sehingga efisiensi waktu dan biaya pun tidak ada. Sementara itu dari keadaan masyarakatnya tidak sedikit masyarakat di desa Srikayangan berada dalam taraf ekonomi lemah. Untuk itu diperukan program pemberdayaan yang tepat bagi masyarakat desa yang berekonomi lemah untuk menunjang perekonomian mereka.

B. Rumusan Masalah
1        Bagaimana strategi efektif dalam pemberdayaan efisiensi waktu dan biaya dalam proses penanaman padi di Desa Srikayangan?
2        Bagaimana dampak penggunaan mesin tanam padi terhadap peningkatan efisiensi waktu dan biaya di Desa Srikayangan?
C. Tujuan
Berdasarkan pada rumusan permasalahan yang dipaparkan diatas, maka tujuan dari pemberdayaan ini adalah:
1.      Terlaksananya penerapan teknologi dalam pemberdayaan efisiensi waktu dan biaya proses penanaman padi di Desa Srikayangan?
2.      Meningkatkan efisiensi waktu dan biaya proses penanaman padi di Desa Srikayangan.
D. Manfaat
1.      Memberikan manfaat bagi masyarakat Desa Srikayangan berupa ilmu pengetahuan serta keterampilan dalam upaya mencapai efisiensi proses penanaman padi sebagai upaya meningkatkan produktifitas tanaman padi.
2.      Tergalinya kemampuan masyarakat melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penggunaan Teknologi Mesin Tanam Padi Untuk Efisiensi Biaya Dan Waktu.
3.      Meningkatkan produktifitas tanaman padi di Desa Srikayangan.
4.      Diharapkan masyarakat Dusun Srikayangan mampu mengelola sawah dengan baik sehingga produksi padi dapat berjalan dengan baik dalam meningkatkan perekonomian masyarakat



















BAB II
ISI

A. Topografi wilayah Desa Srikayangan, Kecamatan Sentolo, Kab. Kulonprogo
Topografi merupakan gambaran kenampakan muka bumi atau sebagian permukaan bumi. (Yudha, 2012: 41)  Faktor yang penting dalam mengetahui topografi suatu daerah adalah relief. Relief menggambarkan tinggi rendahnya permukaan bumi dengan permukaan air laut.
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota di Propinsi D.I. Yogyakarta yang terletak paling barat, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Barat    : Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah
Timur   : Kabupaten Sleman dan Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta
Utara    : Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah
Selatan : Samudera Hindia
Batas topografi :
Barat    : 110 derajat Bujur Timur 1' 37"
Timur    : 110 derajat Bujur Timur 16' 26"
Utara    : 7 derajat Lintang Selatan 38' 42"
Selatan : 7 derajad Lintang Selatan 59' 3"
Kabupaten Kulon Progo memiliki topografi yang bervariasi dengan ketinggian antara 0 - 1000 meter di atas permukaan air laut, yang terbagi menjadi 3 wilayah meliputi :
1.      Bagian Utara, Merupakan dataran tinggi /perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 1000 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh. Wilayah ini penggunaan tanah diperuntukkan sebagai kawasan budidaya konservasi dan merupakan kawasan rawan bencana tanah longsor.
2.      Bagian Tengah, Merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 500 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Nanggulan, Sentolo, Pengasih, dan sebagian Lendah, wilayah dengan lereng antara 2 15%, tergolong berombak dan bergelombang merupakan peralihan dataran rendah dan perbukitan.
3.      Bagian Selatan, Merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 100 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Sentolo, Wates, Panjatan, Galur, dan sebagian Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0 2%, merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km, apabila musim penghujan merupakan kawasan rawan bencana banjir.
Selama tahun 2011 di Kabupaten Kulon Progo, rata-rata curah hujan per bulan adalah 161 mm dan hari hujan 10 hh per bulan. Keadaan rata-rata curah hujan hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Februari 2011 sebesar 343 mm dengan jumlah hari hujan 18 hh se bulan. Kecamatan yang mempunyai rata-rata curah hujan per bulan tertinggi pada tahun 2011 berada di Kecamatan Kokap sebesar 214 mm dengan jumlah hari hujan 14 hh per bulan. Sumber air baku di Kabupaten Kulon Progo meliputi 7 (tujuh) buah mata air, Waduk Sermo, dan Sungai Progo. Mata air yang sudah dikelola PDAM meliputi mata air Clereng, Mudal, Grembul, Gua Upas, dan Sungai Progo. Di Kecamatan Kokap, mata air dikelola secara swakelola oleh pihak Kecamatan dan Desa, yang kemudian disalurkan secara gravitasi dengan sistem perpipaan.
Kabupaten Kulon Progo yang terletak antara Bukit Menoreh dan Samudera Hindia dilalui Sungai Progo di sebelah timur dan Sungai Bogowonto dan Sungai Glagah di Bagian barat dan tengah. Keberadaan sungai dengan air yang mengalir sepanjang tahun di wilayah Kabupaten Kulon Progo tersebut membantu dalam menjaga kondisi permukaan air tanah. Keberadaan Waduk Sermo di Kecamatan Kokap didukung dengan keberadaan jaringan irigasi yang menyebar hampir di seluruh wilayah kecamatan, menunjukkan keseriusan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk meningkatkan produksi pertanian dan perikanan di wilayah Kabupaten Kulon Progo
Salah satu kecamatan dari Kabupaten Kulon Progo adalah kecamatan Sentolo. Batas Wilayah Kecamatan Sentolo adalah      
Utara Kecamatan        : Kec. Nanggulan
Timur Kecamatan        : Sungai Progo
Selatan Kecamatan     : Kec. Lendah
Barat Kecamatan        : Kec. Pengasih
Kecamatan Sentolo termasuk wilayah bagian tengah dari Kabupaten Kulon Progo dimana wilayah ini Merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 500 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Nanggulan, Sentolo, Pengasih, dan sebagian Lendah, wilayah dengan lereng antara 2 15%, tergolong.
Penduduk Desa Srikayangan bermata pencaharian sebagai petani, dengan membudidayakan berbagai komoditas, diantaranya padi, bawang merah, sayur-sayuran da beberapa tanaman buah-buahan di perkarangan. Di sekian banyak komoditas yang di budidayakan, bawang merah adalah komoditas unggulan ada di Desa Srikayangan. Beberapa dari masyarakat juga merupakan peternak ayam petelur. Adapun luas lahan sawah 200  ha, lahan perkarangan 467,944 ha dan 2,6880 ha. Jumlah penduduk yang ada di Desa Srikayangan dapat dikatakan sedikit atau kurang lebih 35%, hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan luas desa dengan jumlah penduduk yaitu sebanyak 2.673 jiwa.
Luas wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah 58.627,54 hektar, secara administratif terbagi menjadi 12 kecamatan yang meliputi 88 desa dan 930 dusun. Penggunaan tanah di Kabupaten Kulon Progo, meliputi sawah 10.732,04 Ha (18,30%); tegalan 7.145,42 Ha (12,19%); kebun campur 31.131,81 Ha (53,20%); perkampungan seluas 3.337,73 Ha (5,69%); hutan 1.025 Ha (1,75%); perkebunan rakyat 486 Ha (0,80%); tanah tandus 1.225 Ha (2,09%); waduk 197 Ha (0,34%); tambak 50 Ha (0,09%); dan tanah lain-lain seluas 3.315 Ha (5,65%).
Desa Srikayangan berada di Keceamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Secara geografis terletak pada koordinat 07 53’ 34” LS 110 13’ 54” BT.

B . Penjelasan Program
Meningkatkan kesejahteraan ekonomi merupakan kegiatan dalam pemberdayaan di masyarakat. Mesin tanam padi adalah suatu teknologi yang diaplikasikan pada bidang pertanian untuk memudahkan petani dalam beraktivitas. Rice Transplanter sendiri merupakan alat tanam padi dengan cara mendorong seperti hand tractor. Alat tersebut memudahkan petani menanam padi karena dapat menghemat waktu, mempercepat proses penanaman bibit padi serta menyiasati kurangnya tenaga kerja dalam proses penanaman padi.
Kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian mulai terjadi di beberapa daerah sentra produksi padi di Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama pada daerah pertanian yang berdekatan dengan kota besar yang mengalami tranformasi menjadi daerah industri. Dengan berkembangnya sektor industri menyebabkan tenaga kerja muda di perdesaan lebih memilih bekerja di sektor industri dibandingkan dengan bekerja di sektor pertanian.
Perubahan atau alih profesi tenaga kerja di perdesaan menyebabkan berkurangnya tenaga kerja sektor pertanian sehingga menimbulkan kelangkaan tenaga kerja. Kelangkaan tenaga kerja pada usahatani padi lebih dirasakan oleh petani pada saat tanam bibit dan panen karena kedua kegiatan tersebut lebih mengandalkan tenaga kerja dari luar keluarga. Walaupun masih ada tenaga kerja luar keluarga namun jumlahnya relatif sedikit dan didominasi oleh tenaga kerja yang telah berumur lebih dari 40 tahun.
Permasalahan tentang kelangkaan tenaga kerja tanam padi mulai terjadi di beberapa sentra produksi padi. Meskipun seluruh areal lahan sawah dapat ditanami namun tidak tepat waktu. Hal tersebut disebabkan karena telah mulai terjadi keterbatasan tenaga kerja tanam. Keadaan demikian tentunya sangat memprihatinkan bagi pemerintah dalam peningkatan ketahanan pangan. Dengan adanya kelangkaan tenaga kerja khususnya penanaman padi menyebabkan jadwal tanam sering mundur dan tidak serempak sehingga berpengaruh terhadap indeks pertanaman padi, ganguan OPT yang akhirnya berpengaruh terhadap produksi padi.
Peningkatkan efisiensi waktu dan biaya dalam proses penanaman padi warga Dusun Srikayangan dapat tercapai melalui penggunaan mesin penanam padi atau  rice transplanter. Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui peningkatan efisiensi waktu dan biaya penanaman padi memiliki prospek ke depan yang bagus sehingga mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat.
Sejak beberapa tahun terakhir ini telah diperkenalkan dan dikembangkan mesin tanam pindah bibit padi (rice transplanter). Rice transplanter adalah mesin penanam padi yang dipergunakan untuk menanam bibit padi yang telah disemaikan pada areal khusus (menggunakan tray/dapog) dengan umur atau ketinggian tertentu, pada areal tanah sawah kondisi siap tanam, dan mesin dirancang untuk bekerja pada lahan berlumpur (puddle) dengan kedalaman kurang dari 40 cm. Oleh karena itu mesin ini dirancang ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung (Taufik, 2010).
Rice transplanter adalah inovasi teknologi mesin tanam pindah bibit pada tanaman padi. Mesin Rice Transplantar berpeluang dapat mempercepat waktu tanam bibit padi dan mengatasi kelangkaan tenaga kerja tanam bibit padi pada daerah-daerah tertentu. Dalam budidaya padi, salah satu kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja adalah kegiatan tanam bibit padi (tanam bibit pindah). Kegiatan tersebut memerlukan tenaga kerja sekitar 25% dari seluruh kebutuhan tenaga kerja budidaya padi.
Inovasi teknologi rice transplanter berpeluang dapat mempercepat waktu tanam bibit padi dan mengatasi kelangkaan tenaga kerja tanam bibit padi pada daerah-daerah tertentu. Teknologi rice transplanter merupakan inovasi teknologi yang dipergunakan untuk menanam bibit padi yang telah disemaikan pada areal khusus dengan umur tertentu, pada areal tanah sawah kondisi siap tanam, mesin dirancang untuk bekerja pada lahan berlumpur (puddle). Oleh karena itu mesin ini dirancang ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung.  
Persyaratan utama penggunaan rice transplanter meliputi:
1.      Bibit : tinggi bibit padi 12-17 cm, umur bibit 15-20 hari, kerapatan merata 2 s/d 3 bibit/cm2, merata dan datar seragam, ketebalan tanah 20-25 mm, dan
2.      Lahan/sawah: datar, terolah sempurna, level ketinggian di satu petak kurang 40 cm, ketinggian genangan 1 – 3 cm. Untuk tanah lempungan perlu pengendapan sekitara 1 – 2 hari sedangkan tanah pasiran tidak diperlukan pengedapan.
Beberapa keunggulan rice transplanter diantaranya:
1.      Produktivitas tanam cukup tinggi 5 – 6 jam/ha atau 1 ha per hari,
2.      Jarak tanam dalam barisan dapat diatur dengan ukuran 12, 14,16, 18, 21 cm,
3.      Penanaman yang presisi (akurat),
4.      Tingkat kedalaman tanam dapat diatur dari 0,7 cm hingga 3,7 cm (5 level kedalaman),
5.      Jumlah tanaman dalam satu lubang berkisar 2 – 4 tanaman per lubang dan
6.      Jarak dan kedalaman tanam seragam sehingga pertumbuhan dapat optimal dan seragam.
Disamping mempunyai keunggulan, ada beberapa kelemahan rice transplanter diantaranya:
1.      Jarak antar barisan (gawangan 30 cm) tidak dapat diubah,
2.      Tidak bisa dioperasionalkan pada kedalaman sawah lebih dari 40 cm,
3.      Untuk membawa mesin ke sawah, diperlukan alat angkut,
4.      Perlu bibit dengan persyaratan khusus dan
5.      Harga masih relatif mahal.
Efisiensi waktu kerja pada usahatani dengan menggunakan mesin tanam bibit padi (transplanter) dan cara manual, yaitu dengan menghitung curahan waktu kerja pada kedua sistem usahatani tersebut. Curahan waktu kerja adalah jumlah waktu yang digunakan oleh seorang petani untuk melakukan aktivitas kegiatan di sawah. Penggunaan tenaga kerja pada sistem usahatani padi sawah melibatkan tenaga kerja pria dan wanita baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Curahan waktu tenaga kerja selama proses produksi diawali dari kegiatan persiapan persemaian hingga proses pasca panen (perontokan gabah). Pada tahap pekerjaan tertentu peran tenaga kerja luar keluarga dibutuhkan karena ketidakcukupan waktu yang dimiliki oleh tenaga kerja dalam keluarga, yaitu pada kegiatan cabut bibit, tanam dan panen.
Description: http://www.kubota.co.in/products/transplanter/nsp_4w/imgs/image1.jpg
Gambar 2.1.1 Mesin Tanam Padi


Selain lebih efisien, penggunaan mesin ini juga mempercepat pertumbuhan bibit padi karena tidak mengalami stress. Pada penanaman konvensional padi yang dicabut akan stress dan untuk pulih memerlukan waktu seminggu. Bibit yang dicabut akar-akarnya akan tertinggal di lahan persemaian kira-kira bisa mencapai 40 persennya. Jadi ada 40 persen bibit yang hilang. Hal ini tentu akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Sementara dengan mesin tanam bibit padi disemai di wadah nampan atau kotak tanam dengan ketinggian 2 cm dan bisa ditanam pada hari kesepuluh tanpa harus mencabut akar tanaman. Para petani juga sudah membuktikan menggunakan mesin ini juga dapat memperpendek masa budidaya padi.
Perbedaan tanam bibit padi antara cara manual dan dengan mesin transplanter yaitu terletak pada pembibitan benih padi. Pembibitan benih padi cara manual dengan menghamburkan benih padi di areal persemaian, namun pembibitan dengan mesin transplanter dengan mengecambahkan benih padi di dapog. Dapog merupakan tempat persemaian benih padi dari plastik atau bahan lainnya dengan ukuran 60 x 30 x 3 cm sesuai dengan konstruksi mesin tanam. Pembibitan benih padi di dapog dapat dilakukan di lahan sawah atau di lahan kering (halaman rumah) dengan menyiram setiap hari selama 15 – 17 hari. Selanjutnya bibit dilepaskan dari dapog, kemudian digulung dan ditempatkan pada tempat bibit di mesin transplanter. Selanjutnya dilakukan penanaman dengan mesin transplanter yang dioperasionalkan oleh tiga orang.
Dalam praktiknya keberhasilan penggunaan rice transplanter harus didukung dengan penyiapan bibit padi yang baik. Dalam hal ini ada dua sistem pengadaan bibit, yaitu sistem basah (di lahan) dan sistem kering (dalam kotak). Untuk itu harus disiapkan benih yang baik, ditandai dengan daya tumbuh yang tinggi dan benih yang tumbuh merata, serta ukuran persemaian yang disesuaikan dengan ukuran meja bibit pada rice transplanter, yaitu 28 x 58 cm. Harus diperhatikan juga kerapatan dan keseragaman bibit sehingga pada proses penanaman semua bibit bisa tertanam dengan baik.

Description: https://i.ytimg.com/vi/B4QfgNVB3nY/maxresdefault.jpg
Gambar 2.1.2 Pengoprasian mesin tanam padi


C. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pemberdayaan ini strategi yang digunakan adalah pendekatan partisipatif yang diikuti praktek langsung dari masyarakat dan kelompok tani sehingga akan lebih efektif dan dapat diterima masyarakat dengan jadwal yang ditentukan bersama dengan masyarakat agar tidak mengganggu kegiatan masyarakat lain dan dapat berubah sewaktu-waktu
Kegiatan pemberdayaan akan dilaksanakan secara bertahap selama 1 bulan dari bulan mei sampai dengan bulan juli yang berlokasi di Desa Srikayangan, Kec.Sentolo, Kab.Kulonprogo. Kegiatan akan dilakukan dengan kerjasama dengan Lembaga terkait yaitu Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah, dan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, dengan sasaran pemberdayaan adalah Masyarakat Desa Srikayangan khususnya Ibu-ibu Kelompok Wanita Tani dan Pemuda Karang Taruna.

Jadwal Kegiatan dilakukan sebagai berikut :
No
Kegiatan
Tujuan
Waktu Dan Tempat
Narasumber
Sarana
1.
Pengenalan Materi pelatihan penggunaan mesin tanam padi
Memberikan pemahaman tentang mesin tanam padi
Balai desa Srikayangan  Kec. sentolo. waktu : 1 Mei 2016 pukul 10.00- selesesai
Tim Penyuluh Dinas pertanian
Perlengkapan Kantor : alat tulis dan LCD
2.
Pelatihan Pembuatan  benih padi untuk mesin tanam padi
Memberikan pengetahuan tentang membuat benih padi yang sesuai untuk mesin tanam
Lokasi Pelatihan lapangan Desa Srikayangan. Waktu : 8 Mei 2016 Pukul 08.00 – 13.00
Tim Perguruan Tinggi UPN “V” Yogyakarta
Perlengkapan Produksi Kerjinan dan Konsumsi
3.
Pelatihan Pengolahan lahan yang sesuai untuk mesin tanam padi
Memberikan pengetahuan tentang lahan yang dapat digunakan untuk mesin tanam padi
Lokasi Pelatihan sawah petani desa Srikayangan, Waktu : 15 Mei 2016 Pukul) 08.00 – 13.00
Tim Dinas Pertanian, PPL, Tim Perguran tinggi Upn “V” Yogyakarta
Traktor, perlengkapan pendukung
4
Pelatihan pengoperasian mesin tanam padi
Memberikan Pengetahuan mengenai pengoperasian mesin tanam padi
Lokasi Pelatihan sawah petani desa Srikayangan, Waktu : 22 Mei 2016, Pukul 08.00-selesai
Tim Dinas Pertanian, PPL, Tim Perguran tinggi Upn “V” Yogyakarta
Mesin Tanam Padi
5.
Pelatihan Perawatn mesin tanam padi
Memberikan keterampilan dan pengetahuan bagai mana merawat mesin tanam padi
Balai Desa Srikayangan, Kec. Sentolo,  Waktu : 29 mei 2016 Pukul 09.00 - Selesai
Tim Perguruan Tinggi UPN “V” Yogyakarta
Perlengkapan  Kantor & LCD, Mesin Tanam Padi
6
Monitoring dan evaluasi
Mengawasi kegiatan agar berjalan lancar dan sesuai harapan
Menyesuaikan, Pada awal- akhir Program
Tm Perguran tinggi dan dinas
Transportasi dan peralatan dokumentasi
Tabel 2.3.1. Jadwal Kegiatan Program Pemberdayaan, Nb : waktu dapat berubah sewaktu-waktu
Monitoring dilakukan pada saat kegiatan berlangsung yang dilakukan pengelola dan pendamping. Kegiatan monitoring diperlukan untuk mengawasi kegiatan agar dapat berjalan dengan lancar dan agar memenuhi sesuai harapan.
Evaluasi dilakukan selambat-lambatnya 7 hari setelah kegiatan penyuluhan selesai dilakukan oleh pengelola, aparat dusun dan pendamping. Kegiatan evaluasi diperlukan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan agar  dapat dijadikan pembelajaran untuk kegiatan selanjutnya agar dapat berjalan lebih baik.








Jadwal kegiatan monitoring adalah sebagai berikut :
No
Kegiatan
Ketercpaian dengan Tujuan
Waktu Dan Tempat (berubah/sesuai)
Narasumber
Sarana
1.
Pengenalan Materi pelatihan penggunaan mesin tanam padi




2.
Pelatihan Pembuatan  benih padi untuk mesin tanam padi




3.
Pelatihan Pengolahan lahan yang sesuai untuk mesin tanam padi




4
Pelatihan pengoperasian mesin tanam padi




5.
Pelatihan Perawatn mesin tanam padi




7
Monitoring dan evaluasi




Tabel 2.3.2. Monitoring dan evaluasi


D. Analisis Usaha dan Biaya
A. Anggaran Dana
Untuk terlaksananya kegiatan / program tersebut kami membutuhkan anggaran dana bantuan dari pemerintah sebesar  Rp 30.000.000,- ( Tiga puluh  juta rupiah ) dengan rincian dana sebagai berikut :
No
Uraian
Satuan
Jumlah (Rp)
A. Peralatan


1
Sewa Mesin Tanam Padi
1
200.000
2
Bibit padi dalam Dapog
ukuran 60 x 30 x 3 cm
22 x 4500
99.000
3
Sewa Mesin Traktor
1
100.000
4
Sewa Lahan
1 kesuk
150.000
Jumlah

549.000
B. Massa Penyuluhan dan pelatihan


1
Akomodasi Tenaga Ahli
10 Orang
3.000.000
2
Transportasi
7 x 1 bulan
350.000
3
Keperluan Peralatan Pemberdayaan Alat Tulis
Sewa LCD
Konsumsi tenaga ahli dan peserta
20 paket x tenaga ahli & peserta


1 x 7hari


20 x 7 hari
200.000
700.000
2.100.000
Jumlah

6.350.000
C.Lain-lain


1
Biaya Pengadaan Bahan (sumbangan masyarakat)
-
5.000.000
2.
Biaya tak Terduga
-
1.500.000
Jumlah

6.500.000
Tabel 2.4.1 Anggaran dana








B. Analisis Usaha untuk sekali produksi
1. Lahan 1Ha
NO
Asumsi Permodalan
Estimasi Biaya
1
Bibit padi dalam dapog
220 x 4500 = 990.000
2
Modal Utama Peralatan
Mesin Penanam Padi



Penyusutan 10tahun
   Modal Utama Peralatan
30.000.000

Total:Rp3.000.000/tahun
Per musim= 1.000.000
3
Biaya Operasional
Tenaga kerja
Biaya tanam

3 x 750.000 = 2.250.000
500.000
Total : 2.750.000
4
Biaya Transportasi
25.000
Total Biaya
4.765.000
Tabel 2.4.2 Analisis Usaha
Perkiraan Omset dalam sekali tanam
Produk Yang dihasilkan : 10 ton, harga 5500/kg
10.000 x 5500 = 55.000.000
Keuntungan TR-TC = 55.000.000 – 4.765.000 =  Rp.50.235.000,- dalam sekali tanam dalam 1 hektare
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
             Rice transplanter adalah inovasi teknologi mesin tanam pindah bibit pada tanaman padi. Mesin Rice Transplantar berpeluang dapat mempercepat waktu tanam bibit padi dan mengatasi kelangkaan tenaga kerja tanam bibit padi pada daerah-daerah tertentu. Dalam budidaya padi, salah satu kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja adalah kegiatan tanam bibit padi. Mengingat ketersediaan tenaga kerja dalam penanaman padi semakin langka, menyebabkan berbagai masalah bermunculan karena kurang tepatnya waktu penanaman padi.       Masyarakat Srikayangan umumnya masih bertani secara Tradisional sehingga proses penanaman pun berlangsung lama dan biaya operasionalnya pun tinggi. Untuk itu penerapan mesin penanaman padi sangat membantu dalam kegiatan penanaman padi yang berdampak pada efisiensi waktu dan biaya penanaman padi.

B. Saran
            Sebaiknya masyarakat petani padi di desa Srikayangan, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, DIY mulai mengaplikasikan teknologi pertanian dalam pelaksanaan kegiatan tanam padi. Dengan hadirnya teknologi dalam bertani, akan sangat memudahkan para petani dalam menanam padi. Kualitas dari tanaman padi yang ditanam pun lebih baik. Sehingga diharapkan agar masyarakat desa Srikayangan segera untuk mengaplikasikan teknologi dalam kegiatan pertanian mereka, khususnya penanaman padi.



Daftar Pustaka
Anonim.2014.http://tabloidsahabatpetani.com/menanam-padi-dengan-rice-transplanter/. Diunduh pada tanggal 24 maret 2016 pada pukul 09.00 WIB.
Anonim.2015.http://www.dokterbisnis.net/2015/11/01/ini-dia-penjelasan-lengkap-tentang-mesin-penanam-padi-otomatis/. Diunduh pada tanggal 25 maret 2016 pukul 13.40 WIB
Anonim.2016.http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/9591/rice-transplanter-dapat-mempercepat-waktu-tanam-bibit-padi. Diunduh pada tanggal 25 maret 2016 pukul 13.00 WIB
Salman.2014.http://salmanefendy.blogspot.co.id/2014/05/makalah-tanaman-padi-sawah.html. Diunduh pada tanggal 24 maret 2016 pada pukul 09.00 WIB.